Selasa, 19 Jun 2012

Dr Musthofa As Sibaa'ie ; Ulama dan Mujahid Agung Syria



Dr Musthofa As Sibaa'ie dilahirkan di Hims, Suriah, Syria pada tahun 1915 dari keluarga ulama. Ayah dan datuk beliau adalah khatib masjid raya Hims, jabatan khatib tesebut telah dijawat turun temurun semenjak ratusan tahun lamanya. Ayah beliau ; Husni As Sibaa'ie terkenal sebagai seorang mujahid yang amat gigih menentang penjajahan, beliau berjuang dengan harta dan jiwanya dalam menghadapi penjajahan tentera Perancis laknatullah.



Sebagaimana halnya beliaupun adalah merupakan penggagas lembaga-lembaga kebajikan Islam an sosial sehingga hal tersebut cukup mempengaruhi pertumbuhan dan pendidikan putra beliau Musthofa As Sibaa'ie. Kehidupan yang sulit dan keras dalam suasana penjajahan juga mempengaruhi petumbuhan beliau, terutama memupuk sikap patriotik dan perlawanan terhadap penjajah dan antek-anteknya.

Semenjak muda Musthofa As Sibaa'ie selalu menghadiri majlis ilmu ayahnya, dan hal tersebut memupuk kealiman dan kefaqihan beliau dalam menyelesaikan masalah-masalah fiqhiyyah, khususnya fiqih komparatif. Sehingga dalam waktu yang tidak lama beliau terhitung sebagai ulama serta faqih, dan hal itulah yang mendorong beliau untuk terjun langsung dalam medan jihad dan "islah" reformasi serta membenteras bid'ah.

Dr Musthofa As Sibaa'ie menikah di Dimasq, ketika beliau meminang calon istrinya, pihak peminang menginformasikan kepada pihak keluarga wanita bahawa; Mushtofa As Sibaa'ie adalah seorang aktivis da'wah, dan kebanyakan waktunya akan tersita untuk kepentingan da'wah. Hal tersebut diungkapkan agar pihak keluarga wanita memakluminya sebelum pinangan diterima, dan akhirnya keluarga wanita menerima hal tersebut.

Kehidupan As-Sibaa'ie

Masa kanak-kanak dan pertumbuhan beliau di bawah asuhan orang tuanya yang dikenal sebagai ulama Hims, beliau senantiasa menghadiri majlis ilmu ayahnya, bahkan ayahnya selalu mendorong beliau agar mempelajari ilmu Syariah.

As Sibaa'ie ketika muda berbeza dengan pemuda-pemuda lainnya, di usia mudanya dia aktif dengan kegiatan-kegiatan menentang penjajahan. Di usianya seawal 16 tahun (1931), beliau telah menganyam kehidupan kerangkeng untuk pertama kalinya, beliau ditangkap oleh penjajah Perancis karena mengkoordinir kawan-kawannya dalam menyebarkan selebaran yang mengkritik kebijakan penjajahan Perancis.

Musthofa As Sibaa'ie tidak kapok dengan pengalaman pertamanya dijebloskan ke dalam penjara, beliau ditangkap untuk kedua kalinya oleh pihak Perancis karena khutbah jumat beliau di mesjid raya Hims dianggap menggugah ruh jihad dan perjuangan warga Hims melawan penjajah Perancis.Dalam sejarah perlawanannya menentang penjajahan Perancis,perjuangan beliau tidak hanya dengan "kalam" belaka tapi beliau pun memimpin kawan-kawannya mengadakan perlawanan bersenjata menentang Perancis, seperti terjadi pada tahun 1945.

Tahun 1933 Mushthofa As Sibaa'ie melanjutkan pendidikannya di Al Azhar. Sampai di Mesirpun jiwa kepahlawanannya tidak menyusut, bahkan bersama shahabat-sahabat Mesirnya beliau ikut serta berunjuk rasa menentang penjajahan Inggris, demikian halnya ketika sahabat-sahabat Iraknya mengadakan unjuk rasa menentang penjajahan Inggris beliau tidak ketinggalan, sehingga beliau ditangkap oleh pemerintah Inggris saat itu. Tiga bulan beliau meringkuk dalam sel penjara Mesir, Syaikh Azhar saat itu,Musthofa Al Maraghi ikut turun tangan dalam berusaha mengeluarkan As Sibaa'ie dari penjara, tapi kemudian beliau dipindahkan ke penjara Palestina selama empat bulan lamanya, setelah itu beliau dibebaskan dengan jaminan.

Musthofa As Sibaa'ie selanjutnya tidak diperkenankan kembali ke Mesir, padahal beliau sedang mempersiapkan disertasi doktornya. Pemeritah penjajahan Inggris melarang As Sibaa'ie masuk Mesir karena beliau dianggap sebagai pemicu gerakan anti Inggris, bahkan dianggap sebagai biang keladi revolusi bangsa Mesir terhadap Inggeris. Hal tersebut terjadi tahun 1940.

Tahun 1949 As Sibaa'ie baru dapat mengajukan disertasi doktornya yang cukup dikenal di kalangan ulama saat ini "As Sunnah Wa Makanatuha Fi At Tasyri'" (Kedudukan Sunnah dalam Syariah* ) As Sibaa'ie dengan tesisnya tersebut mendapat kelulusan dengan suma cumlaude. Dalam tesisnya tersebut As Sibaa'ie menyanggah habis argumen kaum Orientalis tentang kedudukan AS Sunnah dalam Syariat Islam. Disamping beliaupun menulis buku khusus tentang orientalis dengan judul "Alistisyraq Wal Mustasyriqun" Orientalisme dan kaum Orientalis.
Dalam masa pendidikannya di Al Azhar itulah beliau berhubungan dengan Imam Hasan Al Banna pengasas gerakan Ikhwanul Muslimun. Bahkan hubungan beliau berlanjut sampai setelah kepulangan beliau ke Suriah. Tahun 1942 berdirilah Ikhwanul Muslimun Suriah dibawah pimpinan beliau. Sehubungan dengan pendirian Ikhwanul Muslimun Suriah, Hasan Al Banna mengirim utusan khususnya Dr Said Ramadhan (menantu Hassan Al Banna). Di tahun pertama setelah berdirinya Ikhwanul Muslimun tercatat 100 ribu orang lebih anggota.

Sebelum dibentuknya Ikhwanul Muslimun Suriah, amal da'wah di Suriah digerakkan oleh lembaga-lembaga da'wah yeng kemudian bersatu setelah dibentuknya Ikhwanul Muslimun. Diantara lembaga tersebut adalah; "Jamiyyah Subbanul Muslimin" Damaskus pimpinan Dr Muhammad Mubarak, "Darul Arqom", dan "Jamiyyah Al Ikhwan Muslimun" yang diprakarsai oleh Assyaikh Mahmud Utsman atas usulan Imam Hasan Al Banna.

Jiwa patriotik dan semangat jihad Dr Musthofa As Sibaa'ie menggerakkan beliau untuk membawa pasukan Ikhwanul Muslimun dalam Jihad Palestina 1948 melawan Zionisme Yahudi bersama pasukan Ikhwan Iraq yang dipimpin oleh Muhammad Mahmud Showwaf dan Ikwan Mesir yang dipimpin oleh Abdurahman Al Banna, serta Ikhwan Yordania .

Tapi perjuangan Ikhwan yang dilandasi oleh aqidah dan tanggung jawab atas "Ardul mubarak" di khianati oleh para pemimpin Arab saat itu, bahkan para mujahid Ikhwan Mesir langsung digiring ke penjara sesampainya mereka ke tanah air, yang mereka sisakan diluar tahanan hanya Imam Hasan Al Banna, dan dalam kondisi seperti itulah para musuh Islam menghabisi Asy Syahid Al Imam, dengan harapan besar bahwa dengan dihabisinya Al Imam Syahid punah pulalah gerakan da'wah Ikhwanul Muslimun. "Wamakaru wamakarollah" Mereka berbuat makar dan Allah membalas makar mereka.

Sepulang dari jihad Palestina, As Sibaai' tak menghentikan thabiat jihadnya. Kali ini beliau berjihad dari dalam Suriah sendiri dengan tulisan dan kalamnya, dengan taujih dan tarbiyyahnya kearah islah dan membina generasi mujahid dengan manhaj Islami yang benar, mulai dari pembentukan pribadi yang Islami, keluarga Islami, masyarakat Islami, dan akhirnya berdirinya Daulah Islamiyyah.

Tahun 1950 Beliau termasuk anggota komisi perumus undang-undang. Dengan perjuangannya beliau berhasil memberi warna Islami pada rancangan Undang-undang Suriah dalam pasal-pasal yang sangat esensi, dan berhasil mengikis usaha sekularisasi UU Suriah

Dr Musthofa As Sibaa'ie bersama sahabat-sahabat seperjuangannya berhasil memperjuangkan masuknya pelajaran pendidikan Islam dalam kurikulum pendidikan, disamping itu beliaupun berhasil pula membuka jurusan Syariah di Universitas Suriah (sekarang Universitas Damaskus).

Dr Musthofa As Sibaa'ie pun mengusulkan penyusunan ensiklopedia fiqh, sehingga masalah-masalah fiqhiyyah dapat ditampilkan dalam format baru, di samping menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah kontemporer, dengan berpedoman kepada Al Quran dan Sunnah serta pendapat-pendapat Salafush-shoolih. Ensiklopedi tersebut sekarang telah digarap oleh para ulama muslim terkenal dari seluruh penjuru dunia, sampai saat ini sudah sampai huruf "qof" dan mencapai 38 jilid dalam format besar.

Dalam dunia Islam Dr Musthofa As Sibaa'ie dikenal sebagai seorang tokoh gerakan Islam yang alim dan faqih. Tahun 1951 beliau sempat menghadiri mu'tamar Islami yang diadakan di Pakistan, dalam kesempatan tersebut beliau sempat bertemu dengan tokoh-tokoh dunia Islam.

Tahun 1952 Dr Musthofa As Sibaa'ie meminta agar pemerintah Suriah mengizinkan beliau dan anggota Ikhwan Suriah keluar dari Suriah untuk turut berjihad bahu-membahu bersama Ikhwan Mesir dalam menghadapi Inggris di Terusan Suez. Rupanya permohonan tersebut berakibat fatal, yang mengakibatkan Ikhwanul Muslimun Suriah dilarang selanjutnya mereka di selkan dan Dr As Sibaa'ie dibuang ke Lebanon setelah sebelumnya dipecat dari Universitas Damaskus. Seperti itulah resiko perjuangan membela kebenaran. Tapi hikmah Allah dibalik semua itu, di Libanon AS Sibaai' justru senantiasa dikerumuni para pemuda, dan itulah cikal bakal gerakan Islam Lebanon "Al Jamaah Al Islamiyyah" yang di dirikan tahun 1964 dan membuahkan dai' muharrik kondang Fathi Yakan.


Tahun 1953 Dr Sibaai' pun sempat menghadiri konfrensi Islam untuk pembelaan Al Quds yang diadakan di kota Al Quds dan dihadiri oleh perwakilan Ikhwanul Muslimun dari seluruh negara Arab dan para tokoh Islam dunia, termasuk saat itu hadir Dr Muhammad Natsir sebagai wakil Indonesia.

Tahun 1954 para pemimpin Ikhwan bertemu di Libanon dalam mu'tamar Islam dan Kristen, hadir dalam mu'tamar tersebut Ustadz Hasan Hudaibi "mursyid" Ikhwanul Muslimun Mesir saat itu, Ustaz Muhammad Mahmud Showwaf pimpinan Ikhwan Iraq, Ustadz Muhammad Abdurahman Khalifaf pimpinan Ikhwan Yordania, Ali Tholibullah mewakilli Sudan, dan Abdul Aziz Mathu' dari Kuwait serta Dr As Sibaa'ie sendiri sebagai pemimpin Ikhwan Suriah.
Sepulangnya Hasan Hudaibi dari Lebanon rezim Jamal Abdul Nasher menjebloskan mursyid Ikhwan kedua Hasan Hudaibi beserta ikhwan lainnya. Ikhwanun Muslimin Arab kemudian membentuk "maktab tanfidhi" yang dipimpin oleh Dr Mushtofa As Sibaa'ie

Pengaruh Dr Musthofa As Sibaa'ie bukan hanya dirasakan oleh para pemuda Suriah, tapi para pemuda Turki yang menuntut ilmu di Suriah merasakan pengaruhnya, mereka senantiasa hadir dalam majlis-majlis As Sibaa'ie, bahkan hubungan mereka terus berlanjut setelah kepulangan mereka ke Turki.

Kiprah da'wah Dr As Sibaa'ie tidak hanya dalam mimbar dan podium, beliaupun berkiprah dalam melahirkan majalah mingguan "As Syihab" bahkan beliau sempat memimpin majalah "AL Muslimun" setelah majalah tersebut ditutup di Mesir, sampai tahun 1958, kemudian penerbitan majalah tersebut berpindah ke Swis seiring dengan hijrahnya Dr Said Ramadhan ke Swis. Bersamaan dengan itu beliaupun menerbitkan majalah bulanan "Al Hadhoroh Al Islamiyyah" sebagai pengganti Al Muslimun.

Sedangkan tulisan beliau yang dibukukan adalah: 1- Syarah Qonun Al Ahwal Ashshakhsiyyah, 3 jilid 2- As Sunnah Wamakanatuha Fi At Tasyri', tesis doktornya (sudah diterjemahkan) 3- Al Marah baina Al Fiqhi Wal Qonun (sudah diterjemahkan) 4- Isytirokiyyah Al Islam (Sudah diterjemahkan) 5-As-Sirah An Nabawiyyah Durusun Wa Ibar, buku yang mengilhami para penulis fiqh sirah (sudah diterjemahkan) Dan banyak lagi karangan beliau yang sarat dengan taujih serta Ilmu.

Aktitas da'wah beliau tak pernah berhenti sampai pada masa sakit beliau yang berkepanjangan, tubuh beliau lumpuh sebelah selama delapan tahun, beliau senantiasa shabar menghadapi ujian tersebut, tak pernah mengeluh, ridho dengan apa yang menimpanya, tahmid, tasbih dan istighfar senantiasa menghiasi bibirnya siang dan malam. Penyakitnya sama sekali bukan suatu penghalang bagi dirinya dalam menyampaikan da'wah.

Dalam salah satu ungkapan As Sibaa'ie kepada sahabatnya, beliau berkata: "Aku dalam keadaan sakit, jelas aku merasakan sakitnya. Dan andapun dapat melihatnya dari roman (riak) wajahku, dan dari tanganku yang tak dapat bergerak. Tapi lihatlah keagungan Hikmah Allah di sebalik semua itu, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa mentakdirkan aku menjadi orang yang lumpuh, dan terbukti sebagian tubuhku lumpuh... Tapi, perhatikan bahagian mana yang lumpuh? Allah telah melumpuhkan bahagian tubuhku sebelah kiri, dan membiarkan bahagian tubuh sebelah kanan tetap bergerak. Betapa Agung Ni'mat Allah yang aku rasakan membiarkan bagian tubuh kananku tetap bergerak. Dapatkah aku tetap menulis kalau Allah mentakdirkan tubuh bagian kananku juga mengalami kelumpuhan? "

Subhanallah, bahkan menurut peraksian shahabat-shahabat seperjuangan beliau, Dr As Sibaa'ie sangat giat dan aktif dalam masa sakitnya. Dr Adib Sholeh sahabat dekat beliau berkata: "Sehari sebelum hari wafatnya, beliau masih sempat menulis tiga tulisan; Al Ulama Al Auliya, Al Ulama Al Mujahidun dan Al Ulama Asy Syuhada".

Betapa jauhnya diri kita dari keteladanan beliau dalam meneladani perjuangan Rasul SAW, betapa jauh perbezaan sikap yang dimiliki oleh beliau dengan kiprah kita dalam da'wah, bahkan terkadang kewajiban diri kitapun masih sering terlupakan, bahkan kita masih banyak kurangnya dari pada lebihnya.

Dr Mushtofa As Sibaa'ie menemui Rabbnya pada hari sabtu, 3/10/1964 di kota kelahirannya Hims setelah melalui perjalanan hidupnya yang penuh dengan perjuangan dan jihad.Jenazahnya dishalatkan di Damaskus di mesjid Al Umawi. Ribuan orang turut menyolati jenazahnya, tak lupa para tokoh gerakan Islam Suriah turut memberi kalimat akhir bagi kepergian Mujahid besar As Sibaai', semisal Dr Muhammad Mubarak, Dr Muhammad Adib Sholeh, Dr Hasan Huwaidi dan tokoh lainnya.
Diantara nasihat beliau dalam buku "Hakadza A'lammatni Al hayaat" adalah Tentang Istiqomah
"Istiqamah suatu jalan yang awalnya penuh dengan Karomah, pertengahannya dipenuhi keselamatan, dan ujungnya adalah surga"

Tentang keberhasilan dalam pertempuran di kancah politik
"Hati yang salim, tangan yang bersih, aqidah yang benar, ahlak yang lurus "istiqomah" ... Tapi tidak cukup hanya sekedar itu dalam menggapai keberhasilan dalam pertempuran di kancah politik, selama tidak memiliki kecemerlangan berfikir, fleksibel dalam amal, semangat yang hangat serta memahami problem masyarakat dan thabiat manusia"

Dalam kesempatan lainnya Dr Mushtofa As Sibaai' mengingatkan kita semua bahwa:
Ada dua macam kecintaan yang tak dapat menyatu
Cinta kepada Allah dan cinta kemaksiatan
Cinta akan (Jihad) dan cinta kehidupan
Cinta terhadap pengorbanan dan cinta akan harta
Cinta akan kebenaran "Al haq" dan cinta akan kepemimpinan
Cinta akan perdamaian dan cinta untuk membalas dendam
Cinta akan perbaikan "ishlah" dan cinta akan keselamatan
Cinta terhadap perjuangan dan cinta untuk hidup santai
Cinta akan keadilan dan cinta akan penghambaan
Cinta terhadap rakyat dan cinta terhadap thogut
Cinta untuk berbuat kebaikan dan cinta untuk berbuat curang

Sumber:
http://tesur.tripod.com/islam/sibaai.html

Rabu, 21 Mac 2012

Murtad Dan Hal Yang Bersangkutan Dengannya .

Takrif Murtad

Berpaling dari agama Islam kepada agama kufur samada dengan niat atau perbuatan atau perkataan yang membawa kepada kufur samada secara persendaan, engkar atau iktiqad. Berkata Imam al-Ghazali 'Adapun hakikat riddah ialah pengucapan dengan perkataan kufur secara persendaan atau iktiqad atau engkar, manakala daripada perbuatan ialah menyembah berhala, sujud kepada matahari, demikian juga mencampakkan al-Quran ke tempat kotor dan setiap perbuatan yang jelas menghina agama dan demikian juga ahli sihir dihukum bunuh sekiranya apa yang digunakan untuk sihir itu adalah kufur seperti menyembah matahari atau seumpamanya'.

Perkara-perkara Yang Boleh Menyebabkan Murtad

a) Perkataan
Sebarang perkataan yang jelas boleh membawa kepada kufur adalah dihukum kufur (riddah) orang yang mengucapkannya.

Firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 65 dan 66 :
Yang bermaksud : 'Patutkah nama Allah dan ayatNya serta Rasul Nya kamu memperolok-olok dan mengejeknya? Janganlah kamu berdalih (dengan alas an-alasan yang dusta), (kerana) sesungguhnya kamu telah kufur sesudah kamu (melahirkan) iman..'.

Di antara contoh-contoh perkataan yang membawa kepada kufur adalah seperti berikut :
1. Engkar sesuatu yang diketahui daripada agama (islam) secara darurat seperti mengengkari keesaan Allah, kewujudan Malaikat, Kenabian Nabi Muhammad S.A.W dan seumpamanya.
2. Menghalalkan apa yang diharamkan secara ijma".
3. Mengharamkan apa yang dihalalkan secara ijma".
4. Mencela Nabi Muhammad S.A.W atau Nabi-nabi lain atau mengejek mereka.
5. Mencela agama Islam, menghina al-Quran dan as-Sunnah dan tidak beramal dengan keduanya.
6. Mendakwa wahyu turun kepadanya.
7. Merendah-rendahkan nama Allah dan perintah Nya.

b) Perbuatan
Di antara perbuatan yang boleh membawa kepada riddah ialah :

1. Mencampakkan Mashaf al-Quran atau Kitab Hadis Rasulullah S.A.W ke tempat-tempat kotor dengan tujuan menghina.
2. Sujud kepada makhluk seperti berhala, matahari, bulan dan sebagainya.
3. Tidak mengamalkan hokum-hukum al-Quran dan as-Sunnah kerana menggangapnya tidak sesuai dengan zaman sekarang.

c) Niat
Contohnya ialah seperti berazam untuk kafir pada hari esok atau teragak-agak untuk melakukannya. Niat seperti itu menyebabkan orang itu kufur ketika itu juga.

Syarat-syarat Sah Seseorang Dikira Murtad

Para Ulama" bersepakat meletakkan dua syarat bagi mengesahkan seseorang Islam dikira murtad.
i) Berakal tidak sah murtad orang gila dan kanak-kanak.
ii) Pilihan sendiri atau sukarela. Tidak sah murtad orang yang dipaksa sedangkan hatinya masih beriman.

Masalah

Perkara yang berlaku sekarang itu mungkin disebabkan kejahilan atau perasaan takut dan marah bukan dengan niat si pelakunya untuk murtad, kerana kebiasaannya mereka itu tetap melakukan amalan-amalan Islam walaupun selepas mengucapkan perkataan tersebut. Perkara ini boleh dicontohkan seperti berikut :

i) Seseorang (remaja contohnya) apabila selalu dinasihati dan dimarahi tentu akan merasa tertekan dan marah, oleh itu kemarahannya dilahirkan dengan kata-kata sedemikian rupa bagi mengembirakan perasaannya walaupun hatinya tetap dengan Islam dan perbuatan tersebut dilakukan samada kerana jahil atau kerana tekanan perasaan yang amat sangat.

ii) Seseorang yang ditangkap di atas kesalahan jenayah dalam syara' mungkin juga berada didalam ketakutan atau malu. Oleh itu dia cuba mengelak daripada ditangkap dengan mengaku bukan Islam samada kerana jahil tentang hukum pengakuan tersebut atau tahu tentang hukumnya tetapi dilakukan juga sebagai helah supaya tidak ditangkap, kemudia dia pun mengucap kembali dua kalimah syahadah.

Pertimbangan

Walau apa pun alasan sebab seseorang itu melakukan perkara-perkara yang boleh menyebabkan murtad, namun zahir hokum syara' adalah jelas bahawa perkataan dan perbuatan sedemikian boleh membawa kepada riddah yang sangat merbahaya. Akan tetapi untuk menghukum seseorang itu telah murtad kita perlu berhati-hati.

Berkata Syed Sabiq 'Seseorang Islam tidak dikira hukum riddah kecuali apabila telah lapang dadanya dengan kufur dan tenang hati dengannya dan masuk ke dalamnya (kufur) dengan sebenarnya'.

Berdasarkan Firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 106 :
Yang bermaksud : 'Akan tetapi (yang dikira kafir) seseorang yang lapang dadanya dengan kufur'.

Sabda Rasulullah S.A.W :
Yang bermaksud : 'Sesungguhnya setiap amalan itu dengan niat dan bagi setiap seseorang apa yang diniatkannya'.

Dan kerana hati adalah suatu yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, maka tidak dapat tidak mestilah timbul apa yang jelas menunjukkan kekafirannya dengan Dalil Qat"ie yang tidak boleh ditakwilkan lagi sehingga dinasabkan kepada Imam Malik dimana beliau berkata : yang bermaksud 'Apabila timbul darinya (seseorang) apa yang memungkinkan kufur daripada 99 wajah (cara) dan terdapat apa yang memungkinkan iman dari satu wajah (cara), maka dikira urusannya di atas iman'.

Sabtu, 17 Mac 2012

Buat Keluarga Syuhada

[Sekadar Gambar Hiasan]
Tersebutlah sudah kisah keluarga syuhada ...

Yasir Bin Amir bin Malik dari Yaman asal usulnya
Tiba di Makkah jejaki saudara bersama 2 temannya
Akhir menetap ia dan Abu Huzaifah jadi sahabatnya
Si jariah Sumaiyah Khubath pula dijadikan isterinya

Hiduplah mereka berdua seadanya dengan bahagia
Dikurnia pula mereka dengan si comel riang ria
Ammar namanya diberi, dimanjai dan dikasihi ia
Masa berlalu, bersualah pula Nabi khatamun anbia

Saat itu, marah musyrikin Makkah tak kepalang lagi
Agama Islam sedayanya dihalang puak Quraisyi
Abu Jahal dialah si ketua petualang para pembenci
Islam yang masih lemah dicaci dihina sesuka hati

Memeluklah mereka akan Islam setelah mentafsir
Segala perintah agama ditunaikan walau secara siir
Nah ! akhir terbocor, dizalimi keluarga ini di padang pasir
Diseksa sekeluarga ini dan salah mereka tiada ditaksir

Dikurung diikat Yasir sekeluarga tanpa dikasihani
Dipukul diseksa lalu diperaga oleh yang berjiwa haiwani
Diheret mereka seperti tiada harga oleh si syaithoni
Walau apa terjadi, mereka bertahan demi Islam diyakini

Suasana pilu menikam jiwa, berita mereka luas tersebar
Doa nabi dan janji Jannah buat keluarga yang penyabar
Semangat membara, segala sedih duka mulalah terbakar
Iman mereka dan kaum muslimin semakinlah berkobar

Derita Sumaiyah yang terus diseksa bukan kepalang,
Akhirnya nyawa melayang, ke hadrat Alllah jua ia pulang
Terukir indah kuntum senyuman - kesakitan menghilang
Tergambarkan nikmat yang mula tiba menjelang datang

Kuffar Quraisy melihat geram dan mula rasa hina terpukul
Sumaiyah gugur dengan senyum manis yang tersimpul
Yasir pula terus dijadikan sasaran dendam si pemukul
Tewaslah jua akhirnya Yasir si suami dan bapa yang unggul

Sedang kuffar celaka berpesta nyawa tanpa sedar balasan
Si anak ; Ammar pula dipaksa melihat segala jenis seksaan
Ditabahkan hatinya utnuk menempuh rintangan dan ujian
Setelah dipaksa dan akhir dituruti.. bebaslah Ammar kemudian

Di sisi Rasulullah yang dikasihi, Ammar lebih teguh tegap berdirii
Semua peperangan sertainya dengan jiwa yang amat berani
Dihunus pedang, perkasa menyerbu ke tengah sambil berlari
Kuffar Harbi mula kecut, menikus dan mula menghilangkan diri

Walau setelah Rasulullah telah dijemput Allah ke Jannati
Ammar tetap terus teguh berjuang untuk Islam dan berbakti
Kemudian memimpin pula ia ummat di Kufah seikhlas hati
Segala hal pentadbiran walau sekecil mana sekali tetap diteliti

Pangkat dan harta dilihat ia sebagai barang buruan yang keji
Beramal dan berkerja ia bukanlah kerana mengharap dipuji
Dusta dan zalim akan segera diperanginya sesungguh hati
Itulah ia AMMAR si pewaris pemilik peribadi-peribadi yg terpuji

Namun sebagaimana dikhabarkan oleh Rasul yang bersabada :
[Mafhum] Bahawa Ammar akan dibunuh oleh para penderhaka
Akhirnya, benarlah di usia 93, gugur syahid ia bagai ibuayahnya
Maka bersamalah ia dalam jannnah dan bersama keluarga tercinta

Walllahu a'lam


Lihat juga : Sumayyah Syahidah Pertama Dalam Sejarah

Sumayyah ; Syahidah Pertama Dalam Sejarah

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, kerana tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah syurga”.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mendoakan keluarga Yasir, “Ya Allah, janganlah Engkau seksa seorang pun dari keluarga Yasir dengan api neraka”.

Keluarga yang agung dan mulia ini menghimpunkan segala sisi keutamaan. Keutamaan-keutamaan ini semerbak harum menebarkan aroma kemuliaan dan ia tersebar dari generasi terawal memeluk Islam sehinggalah ke generasi akhir zaman.

Pemimpin keluarga ini, Yasir bin Amir bin Malik berasal dari Yaman. Beliau datang ke Mekah bersama-sama Al-Harits dan Malik dalam rangka menjejaki saudaranya. Mereka berdua kembali ke Yaman, sebaliknya Yassir terus menetap di Mekah. Beliau kemudiannya menjalin persahabatan dengan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah bin Abdullah Al-Makhzumy, yang kemudiannya menikahkannya dengan seorang hamba wanita, Sumayyah bintu Khubath, lalu melahirkan seorang anak lelaki, bernama Ammar. Abu Hudzaifah kemudiannya memerdekakan Sumayyah manakala Yasir dan Ammar tetap bersama-sama dengan Abu Hudzaifah sehingga meninggal dunia.

Sumayyah bintu Khubath, nama yang tidak pernah dikenali di seluruh pelosok Mekah sebelum Islam hadir memancarkan sinarnya di Ummul Qura. Beliau seorang wanita yang bersosok besar, usianya telah memasuki usia senja. Namun, beliau memiliki akal yang jernih, dan jiwanya memancarkan keikhlasan, bara dan semangat!. Tidak berapa lama selepas Rasulullah memulakan dakwah baginda, keluarga Yasir muncul sebagai di antara manusia terawal mengimani risalah Islam dan membenarkan kerasulan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Keimanannya yang mendalam terhadap Allah menjadikan dirinya sebagai pelopor wanita-wanita yang sabar dan tegar mempertahankan akidah. Bahkan beliaulah adalah orang ketujuh yang masuk Islam dan di antara orang terawal yang menampakkan keislamannya. Hal ini disebutkan oleh Al-Imam Adz-Dzahaby Rahimahullah di dalam bukunya, Siyar A’lamin-Nubala’ menerusi riwayat Abdullah bin Mas’ud Radiallahu Anhu,

Yang pertama sekali menampakkan keIslaman mereka secara terang-terangan ada tujuh orang; Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, Abu Bakar, Ammar, ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan Al-Miqdad. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mendapat perlindungan dari bapa saudarany (Abu Talib). Abu Bakar mendapat perlindungan kaumnya. Yang lain-lain pula mengalami penyeksaan yang keras dari orang-orang musyrik, dikenakan baju besi lalu ditelantarkan di bawah terik matahari. Tidak seorang pun dari mereka kecuali harus memenuhi apa yang mereka inginkan, kecuali Bilal. Dia tidak peduli apa yang menimpa dirinya kerana Allah. Dia juga tidak peduli kepada kaumnya. Ketika dia diseksa, kanak-kanak kecil ikut sama mengerumuninya, dan dia hanya mampu mengucapkan, ‘Ahad, ahad, ahad”.

Keluarga Sumayyah turut sama berada di barisan hadapan. Kemarahan kaum Quraisy benar-benar memuncak. Hampir setiap nafas mereka adalah hembusan kebencian kepada orang-orang yang mengucapkan “Rabb kami adalah Allah”. Penyeksaan-penyeksaan tidak pernah menjadikan kaum Muslimin berundur, malah mereka tetap istiqamah dan terus mengikuti Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

Sementara itu, baginda hanya mampu meniupkan kata-kata semangat dan motivasi keimanan kepada keluarga Sumayyah kerana tiada seorangpun yang mampu memberikan jaminan kepada keluarga tersebut. Keluarga itu menerima pelbagai jenis penyeksaan dari orang-orang musyrik yang terbakar oleh api dendam dan kebencian terhadap dakwah Islam. Mereka memuaskan keinginan yang gila dengan menyeksa Sumayyah dan keluarganya.  Ibnu Atsir Rahimahullah menyebutkan di dalam kitabnya, Usdul Ghabah, tentang seksaan yang dialami oleh Sumayyah dengan berkata, “Dia termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam dan dia juga termasuk di kalangan orang-orang yang mendapat seksaan yang keras kerana Allah”.

KELUARGA YANG SABAR
Tiada yang mampu dilakukan manusia kecuali terkagum terhadap keluarga Yasir, sebuah keluarga yang mulia, yang diberi kemudahan, dan yang mampu menggegarkan para pemimpin kaum musyrikin Mekah. Mereka yang sebelumnya dikenali sebagai orang-orang yang lemah lembut, tidak lagi mempunyai sifat itu tatkala berhadapan dengan kaum kafir yang cuba mengoyakkan keimanan mereka. Bahkan kaum musyrikin hampir hilang akal kerana rasa marah ketika melihat keluarga ini semakin tenang dan mantap, tidak gerun terhadap seksaan, tidak beranjak sedikit pun dari akidah mereka, malah tidak surut kesabaran mereka ketika dijemur di bawah terik matahari dalam keadaan kehausan. Ketegaran keluarga ini membuatkan kaum musyrikin kehairanan, bingung dan semakin berang. Mereka mengheret Ammar bersama kedua ibubapanya ke tengah-tengah padang pasir yang panas sepanasnya, agar mereka keluar dari Islam. Ironinya, keluarga sabar ini sentiasa bertambah keimanan mereka seiring dengan semakin pedihnya seksaan. Mereka semakin pasrah, terutamanya setelah mereka mendengarkan doa memohon pengampunan bagi diri mereka oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

Salim Abul-Ja’d meriwayatkan, beliau berkata, “Utsman memanggil beberapa sahabat Rasulullah, di antaranya terdapat Ammar bin Yasir. Ustman berkata, ‘Aku akan menyampaikan kepada kalian hadis tentang Ammar. Aku bersama Rasulullah pergi ke Al-Bathha’ sehingga kami menemui Ammar berserta ibubapanya ketika kaum musyrikin menyeksa mereka. Yasir berkata kepada Rasulullah, “Apakah selamanya aku akan begini?”. Baginda bersabda, “Bersabarlah!”. Kemudian baginda bersabda, “Ya Allah, berilah ampunan kepada keluarga Yasir, kerana Engkau telah berbuat apa yang Engkau Perbuat” . [Ditakhrij oleh Ahmad]

PENENTANGAN SUMAYYAH
Kaum musyrikin Quraisy hampir tidak pernah menghentikan seksaan terhadap Sumayyah dan keluarganya. Selepas suaminya meninggal dunia akibat penyeksaan, Sumayyah semakin menentang dan memberikan reaksi keras terhadap Bani Al-Mughirah bin Abdullah bin Makhzum, yang dipelopori oleh Abu Jahal. Dia layaknya orang yang tidak waras dan tidak berperasaan ketika berhadapan dengan  ketegaran Sumayyah mempertahankan akidahnya. Baginya, kedegilan Sumayyah ialah perlecehan terhadap dirinya. Sumayyah telah berjaya mencarik-carik kebesaran nama Abu Jahal di kalangan kaum musyrikin kerana kesabarannya terhadap kerasnya seksaan. Hati Abu Jahal hampir saja meledak kerana Sumayyah tidak mahu memperolok-olokkan dan mengeji nama Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, walau dengan hanya satu kata seperti yang dipaksakan Abu Jahal kepadanya.

Abu Jahal (semoga Allah menghinakannya), tidak membiarkan satu pun sarana untuk menghalangi manusia dari jalan Allah, melainkan dia akan menggunakannya. Dia tidak mendapatkan satu jalan pun untuk menekan orang-orang Mukmin, melainkan dia akan melaluinya. Ibnu Ishaq Rahimahullah, menyampaikan satu gambaran yang jelas tentang hal ini, dengan berkata,

Abu Jahal, orang jahat yang terperdaya di tengah-tengah kaum Quraisy, jika mendengar berita seseorang masuk Islam, dan orang itu adalah orang yang terpandang dan mendapat jaminan perlindungan,maka dia hanya akan mengingatkannya dan menegurnya dengan berkata, ‘Kau tinggalkan agama bapamu, padahal bapa-bapamu adalah lebih baik darimu. Kami benar-benar akan mengalahkan pendapatmu dan benar-benar akan menghinakan kehormatanmu.’

Jika yang dihadapinya adalah seorang pedagang, maka dia akan berkata 'Demi Tuhan, kami benar-benar akan membuatkan kamu rugi dalam perniagaanmu, dan kami benar-benar akan menghancurkan harta bendamu'. Jika yang dihadapinya adalah orang yang lemah, maka dia akan memukul dan menyeksanya semahu-mahunya. Semoga Allah melaknat dan memburukkannya

SYAHIDAH PERTAMA
Sumayyah Radiallahu Anha adalah wanita pertama yang menampakkan keIslamannya, di samping menjadi syahid pertama yang mengorbankan dirinya di jalan Allah. Dalam peristiwa kesyahidannya itu, terkandung pelajaran-pelajaran berharga bagi sesiapa yang memiliki hati atau mempunyai pendengaran. Beliau menjadi sosok syahid yang sebenarnya dan mempamerkan hakikat sabar kepada para generasi seterusnya.

Setelah suaminya, Yasir meninggal dunia kerana penyeksaan yang sangat berat, Sumayyah Radiallahu Anha diserahkan pula oleh Abu Hudzaifah kepada Abu Jahal, sehingga si jahat itu dapat menyeksa dengan segala cara yang diinginkannya disamping mengejek-ejek diri Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dengan sejuta sumpah seranah dan umpat keji. Suatu petang, Abu Jahal bersikap keras kepada Sumyyah, kemudian berkata kepadanya, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad melainkan kerana engkau tergila-gila kepada ketampanannya”.

Apa pula reaksi Sumayyah? Beliau memberikan jawapan yang tidak kalah kerasnya, lantaran kemarahannya yang tidak tertahan dengan tuduhan Abu Jahal itu. Keangkuhan Abu Jahal terbukti apabila beliau menikamkan tombak ke tubuh Sumayyah sehingga menyebabkan Sumayyah meninggal dunia sebagai syahid, rohnya naik kepada Penciptanya dalam keadaan redha dan diredhai, kerana telah memberikan kesaksian tidak berbelahbagi bahawa tiada Ilah selain Allah, dan bahawa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah.

Mujahid Rahimahullah berkata, “Syahid yang pertama di dalam Islam ialah ibu Ammar, Sumayyah yang ditikam Abu Jahal dengan menggunakan tombak, tepat di ulu hatinya” .(Al-Bidayah Wan-Nihayah, 3/59)

Ibnul Jauzy Rahimahullah berkata,” Dia adalah syahid pertama di dalam Islam. Semoga Allah redha kepadanya sebagaimana Allah membuatkannya redha”.

IBNU SUMAYYAH
Sumayyah, nama ini dan sahabiyah ini tetap hidup abadi menebarkan keharuman setelah mati syahid dan beruntung telah meraih keredhaan Allah. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam terbiasa memanggil anaknya Ammar, dengan sebutan “Ibnu Sumayyah”. Maka, tidak dapat lagi dimungkiri bahawa panggilan yang diberkahi ini merupakan penghormatan terhadap sahabiyah yang sabar dan baik ini. Panggilan itulah yang lebih sering meluncur dari lisan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang mulia.

Abdullah bin Mas’ud Radiallahu Anhu pernah berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ‘Jika manusia saling berselisih, maka Ibnu Sumayyah berada pada kebenaran”. (Kisah ini disebutkan di dalam Siyar A’lamin-Nubala, 1/415-416; Tarikhul Islam, Adz-Zahaby, 3/575)

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam juga sering menyebutkan nama Sumayyah dengan keutamaan dan kebaikan. Sewaktu Perang Badar, baginda menyampaikan khabar gembira bagi “orang baik yang mendapat kebaikan”. (Julukan untuk Ammar, kerana Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda kepadanya, ‘Selamat datang wahai orang baik yang mendapat kebaikan’). Di dalamnya disebutkan juga nama Sumayyah. Peristiwa ini dikisahkan ketika musuh Allah, Abu Jahal terbunuh di dalam Perang Badar. Ketika itu Rasulullah menggembirakan Ammar dengan berkata “Allah telah membunuh orang yang membunuh ibumu”.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam juga pernah mendoakan untuk Sumayyah dan keluarganya dengan doa yang diberkahi ketika Ammar mendatangi Rasulullah mengadu seksaan yang dihadapi oleh ibubapanya termasuk dirinya sendiri. Beliau berkata, “Wahai Rasulullah, kami mendapatkan seksaan yang sangat keras”. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Bersabarlah wahai Abul Yaqzhan (julukan lain bagi Ammar). Ya Allah, janganlah Engkau seksa seorang pun dari keluarga Yasir dengan api neraka” (Al-Isti’ab, 4/325; As-Sirah Al-Halabiyah, 1/484)

NISA’ MUBASSYARAT BIL JANNAH!
Inilah kisah sahabiyah yang sabar, yang disajikan sirahnya sebagai wanita yang teguh hati pada kebenaran dan keimanan, sehingga menjadi pelopor di dalam perjuangan Islam sepanjang zaman. Ibnu Abdil-Barr Rahimahullah memuji Sumayyah dengan berkata, “Dia termasuklah orang yang diseksa kerana Allah, dan sabar di dalam menghadapi seksaan. Dia termasuklah wanita yang berbaiat, baik dan terutama” (Al-Isti’ab, 4/324)

Semoga Allah merahmati Sumayyah ibu Ammar, wanita dan orang pertama yang mati syahid di dalam Islam, ibu orang yang pertama membangun masjid dan digunakan untuk solat. Kesejahteraan bagi keluarga Yasir, kesejahteraan ke atas kalian kerana kesabaran kalian dan sesungguhnya kalian akan mendapat balasan yang sebaik-baiknya.

Terimalah khabar yang baik wahai keluarga Ammar, kerana tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah syurga” (Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang disampaikan oleh Ustman Al-Affan. Dipetik dari Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/249; Majma’ Az-Zawaid, 9/293; Tarikhul Islam Adz-Zahaby, 3/572)

Firman Allah SWT:
Sesungguhnya Allah telah memberi dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang kerana Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam kitab Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” (At-Taubah: 111)

Sumayyah bintu Khubath Radiallahu Anha termasuk sejumlah wanita yang terawal menerima Islam dan bersegera memenuhi janji Allah serta membenarkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada kaum Muslimin, sehingga beliau berhak mendapat khabar gembira sebagai orang yang dijanjikan syurga. Bagaimana pula dengan kita sebagai kaum muslimah akhir zaman? Semoga kisah ini menjadi obor penyuluh dan menyemarakkan lagi semangat kita dalam mendakwahkan agama Allah ini sehingga tiba janji Allah yang seterusnya, "akan berdiri semula kekhilafahan di atas manhaj kenabian" [HR Ahmad]

Rabu, 14 Mac 2012

Doa Khatam Qur'an Bukan Amalan Rasul ?

       بســـم الله الـرحمـن الـرحـــيم       
Segala puji-pujian kepada Allaah, Rabb sekalian alam. Salam dan Selawat ke atas Rasulullah, dan keluarga serta para sahabat baginda, tabien juga atha tabien; dan ke atas sekalian orang yang berusaha untuk mengikuti dan mempratikkan segala ajaran dan menjauhkan segala larangan baginda SAW. Firman Allah :
"Wahai Tuhan Kami! Utuslah kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat (firmanMu) dan mengajarkan mereka isi kandungan Kitab (Al-Quran) serta Hikmat kebijaksanaan dan membersihkan (hati dan jiwa) mereka (dari syirik dan maksiat). Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana".
[Al Baqarah 2 :129 ]

Syok membaca satu soal jawab, maka 'UM kongsikannya di sini. Semoga kalian boleh tumpang zauq ilmu dalam Islam yang luas ini dan semoga ia menjadi manfaat buat kita semua, insyaAllah.
Persoalan khatam Quran dalam solat jarang muncul di negara kita .. Kenapa?

Pertanyaan :
Saya mohon anda mengirimkan doa (setelah) mengkhatamkan Al-Qur’an yang terdapat riwayatnya dalam sunnah nabawiyah.

Jawaban :
Alhamdulillah.

Tidak ada dalam sunnah nabawiyah  suatu doa khusus setelah menghatamkan Al-Qu’an, bahkan tiada juga daripada para shahabat Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam atau para Imam yang terkenal. Apa yang banyak tertulis di akhir mushaf yang disandarkan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, tidak ada dalilnya. Silakan lihat Fatawa Syeikh Ibnu Utsaimin, 14/226.

Doa setelah mengkhatamkan Al-Qur’an boleh dilakukan setelah mengkhatamkannya, sama ada dalam solat atau di luar solat. Namun doa setelah mengkhatamkannya dalam solat tiada asalnya. Manakala yang di luar solat, terdapat riwayat tentang perbuatan Anas radhiallahu’anhu.

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: “Apa hukumnya berdoa setelah mengkhatamkan Al-Qur’an dalam qiyamul lail di bulan Ramadan?”

Beliau menjawab: “Saya tidak mengetahui adanya sunnah daripada Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai doa setelah mengkhatamkan Al-Qur’an dalam qiyamul lail di bulan Ramadan. Tidak juga dari para sahabat (r.anhum). Yang paling hampir dalam masalah ini adalah riwayat Anas bin Malik ketika beliau mengkhatamkan Al-Qur’an, maka beliau mengumpulkan keluarganya dan berdoa. Dan ini dilakukan di luar solat.” (Fatawa Arkanul Islam, hal. 354)

Syeikh Bakr Abu Zaid juga mempunyai tulisan yang bermanfaat dalam masalah ini. Pada penutupan penulisannya, beliau berkata: “Dari keseluruhan huraian dalam dua bab terdahulu, kita tiba pada penutupan dalam dua pembahasan.

Pembahasan pertama : Tentang doa khatam Al-Qur’an secara mutlak. Kesimpulan dalam hal ini adalah sebagai berikut;

Pertama, bahawa berbagai riwayat marfu (hadis yang rangkaian sanadnya sampai kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam) dalam masalah doa secara umum untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, tidak ada satupun yang shahih dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang ada, hanyalah riwayat maudhu (palsu) atau lemah yang tidak mungkin terangkat darjatnya. Bahkan hampir dipastikan tidak ada satupun riwayat yang dapat dijadikan sandaran dalam bab ini secara marfu. Kerana semua ulama yang mengumpulkan riwayat-riwayat tersebut dan menulisnya dalam bab ilmu Al-Qur’an dan zikir, seperti Imam An-Nawawi, Ibnu Katsir, Al-Qurtuby dan As-Suyuthi, redaksi yang mereka sebutkan umumnya tidak berbeza dari apa yang telah disebutkan. Kalau saja mereka semua mempunyai sanad yang lebih baik, nescaya akan mereka sebutkan.

Kedua, riwayat yang shahih tentang doa khatam Al-Qur’an adalah perbuatan Anas bin Malik radhiallahu’anhu. Dimana beliau mengumpulkan keluarga dan anaknya untuk -tujuan- itu, dan perbuatan beliau tersebut kemudiannya diikuti pula oleh sejumlah tabi'in. Sebagaimana dinyatakan dalam riwayat Mujahid bin Jabr rahimahumullah ajma’in (semoga Allah merahmati mereka semua)

Ketiga, tidak didapatkan sedikitpun teks yang bersumber dari dua imam; Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i yang menyatakan disyariatkannya hal tersebut, rahimahumullah ta’ala. Justeru riwayat yang ada dari Imam Malik rahimahullah adalah bahawa hal itu bukan amalan masyarakat (Madinah saat itu), dan sesungguhnya khatam (Al-Qur’an) bukan sunnah dalam qiyam Ramadan.

Keempat, anjuran doa khatam (Al-Qur’an) diriwayatkan Imam Ahmad rahimahullah ta’ala sebagaimana yang dikutip oleh para ulama kami dari mazhab Hanbali. Hal inipun dikuatkan sebagian ulama masa berikutnya dari ketiga mazhab.

Pembahasan kedua : Tentang doa khatam (Al-Qur’an) dalam solat. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:

Pertama: Bahawa tiada satu huruf pun yang diriwayatkan tadi dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam atau dari salah seorang sahabat radhiallahu’anhum, yang menunjukkan disyariatkannya berdoa dalam solat setelah khatam (Al-Qur’an) sebelum ruku atau setelahnya, baik untuk Imam maupun sendiri.

Kedua: Bahawa maksimal yang ada dalam bab ini adalah apa yang disebutkan oleh para ulamak mazhab (Hambali) yang diriwayatkan dari Imam Ahmad rahimahullah ta’ala dalam riwayat Hanbal, Fadl dan Harby –yang tidak dapat kami ketahui sanadnya- yang menjadikan doa khatam (Al-Qur’an) dalam shalat Taraweh sebelum ruku'. Dalam riwayat lain darinya –yang juga tidak diketahui siapa yang meriwayatkannya- bahwa beliau membolehkan hal tersebut dalam doa witir. (Silakan lihat 'Marwiyyat Doa Khatmi Al-Qur’an')...
Wallahu ‘alam.

Silakan juga lihat : Cara Rasulullah SAW dan Para Sahabat R.Anhum Khatam al Qur'an

Jumaat, 2 Mac 2012

Cara Rasulullah SAW Dan Para Sahabat Khatam Al Quran. Dan Cara KITA ??

Soal :
Assalamualaikum akhi, maaf ganggu.. nak tanya sikit..
Bagaimanakah cara-cara Rasulullah SAW khatam Al Quran ??

WFN.

Jawab :
Wa'alaikumussalam wbrt ya ukhti al karimah.  
Sekadar mampu,

ٌRasulullah SAW membahagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bahagian (di mana setiap harinya baginda membaca satu bahagian tersebut), sehingga baginda mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu.

Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membahagi Al Qur`an untuk dibaca setiap hari?”

Mereka menjawab:


 نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ

“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni) :
Tiga surah, lima surah, tujuh surah, sembilan surah, sebelas surah, tiga belas surah dan hizb al Mufashshal ; iaitu dari surah Qaf sampai akhir (mushaf).”
(HR. Ahmad, no. 15578).

Rasulullah SAW mengkhatamkan al Qur'an adalah dengan membaca daripada al Fatihah sehingga ke surah an Naas kemudian terus disambung ulang kembali al Fatihah sehingga ayat ke 5 surah al Baqarah. Kaedah ini sebut oleh baginda SAW sebagai al-Hal wa al-Murtahil.

أن رجلاً قال : يارسول الله أي الأعمال أفضل؟ قال: الحال المرتحل. قال: يارسول الله، وما الحال المرتحل؟ قال: يضرب من أول القرآن إلى آخره ومن آخره إلى أوله

Seorang lelaki bertanya : Wahai Rasulullah s.a.w., apakah amalan yang lebih afdhal ? Sabda Baginda SAW : Al Hal wa al Murtahil”. Kata lelaki itu : “Apakah itu al-Hal wa al-Murtahil?”. Jawab Nabi SAW : “Membaca dari awal al-Quran sehingga akhirnya, dan dari akhirnya hingga awalnya”  [ HR. at Tirmizi ]

Sesetengahnya (para muhaddithiin) mengatakan bahawa hadis ini adalah dhaif. Walaupun begitu al Mubarakfuri di dalam Syarah Tirmizi (
سنن الترمذي » كتاب القراءات ) melaporkan sebuah hadis yang sama matannya, namun daripada jalur yang berbeza yakni daripada riwayat Ibnu Abbas sebagai dalil bahawa ianya adalah amalan sunat.

Dan ianya juga adalah merupakan amalan ahli Mekah.

Maksud al Hal wa al Murtahil ini juga adalah telah diterangkan oleh al Imam as Suyuthi  :

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا قرأ قل أعوذ برب الناس افتتح من الحمد ثم قرأ من البقرة إلى أولئك هم المفلحون

Adalah Nabi SAW ketikamana telah membaca sampai Qul a'uzu biRabbinnaas (surah an Nas), dibuka kembali (diulang baca) daripada al Hamdu (al Fatihah), kemudian Nabi s.a.w. membaca daripada al-Baqarah sampai kepada ulaaaa-ika humul muflihuun (al Baqarah, ayat ke 5).
( الإتقان)
Jelasnya kaedah Rasulullah adalah 'khatam-sambung' yakni tidak berhenti walaupun setelah menamatkan 30 juz bacaan atau dalam ertikata lainnya tidak mengakhiri bacaan pada surah an Naas seperti yang difahami kebanyakan, bahkan ini adalah suatu sunnah dan kaedah bacaan Rasulullah yang lebih afdhal untuk diikuti. 

Khatam dan berdoa disebut di dalam al Itqaan adalah dengan tidak menyebut secara panjang lebar. Sedang perlakuan membaca doa ini adalah daripada salah seorang sahabat iaitu Anas r.a yang juga salah seorang penulis wahyu mengumpulkan ahli keluarganya dan membaca doa setiap kali beliau khatam al Quran.
(حديث موقوف) أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَبَّاسِ بْنِ حَيَّوَيْهِ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ صَاعِدٍ ، حَدَّثَنَا بِسْطَامُ بْنُ الْفَضْلِ أَخُو عَارِمٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو قُتَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ أَبِي الْحَزْمِ ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَبَّاسِ بْنِ حَيَّوَيْهِ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ صَاعِدٍ ، حَدَّثَنَا بِسْطَامُ بْنُ الْفَضْلِ أَخُو عَارِمٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو قُتَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ أَبِي الْحَزْمِ ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : " كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ مِنْ أَوَّلِهِ إِلَى آخِرِهِ فِي الْفَرَائِضِ حَتَّى يَخْتِمُوهُ "
Apapun sememangnya dalam Islam tiada majlis khusus khatam al Qur'an. apa yang dinyatakan di atas hanyalah amalan peribadi oleh Anas r.a bersama keluarga. Jika anda mahu melakukannya tidak salah.

Oleh itu jelaslah bahawa baginda SAW tidaklah pernah melakukan majlis khatam al Quran, membaca doa setiap kali khatam pula adalah amalan Anas. Tiadalah jua golongan para salafussoleh melakukan majlis kenduri khatam sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat kita suatu ketika dahulu. Namun pada pada pandangan saya sebagai yang terlibat dalam mendidik anak-anak setempat dalam mempelajari al Quran, sukalah saya berpesan jika ada yang memiliki lebihan peruntukan dan mahu membuat majlis kenduri khatam al Quran atas rasa kesyukuran mungkin. Maka sebaiknya terlebih dahulu ia memuliakan syariat Islam itu sendiri dengan mengutamakan apa yang lebih diutamakan oleh al Quran itu sendiri yakni dengan melakukan infaq fi sabilillah bukannya dengan mengeluarkan perbelanjaan untuk melakukan kenduri khatam al Quran dengan pulut kuning dan sebagainya. Apatah lagi jika kenduri itu hanyalah sekadar menjamu orang yang kebanyakannya adalah daripada golongan yang 'cukup makan'. Dalam erti kata yang lainnya gunakanlah peruntukan tersebut untuk kebaikan para fakir yang memiliki kemampuan atau kepandaian dalam membaca al Quran untuk mendalami al Quran itu sendiri

وإعانة الفقراء بالإطعام في شهر رمضان ، هو من سنن الإسلام . فقد قال النبي صلى الله عليه وسلم : من فطر صائماً فله مثل أجره . وإعطاء فقراء القراء ما يستعينون به على القرآن عمل صالح في كل وقت ، ومن أعانهم على ذلك كان شريكهم في الأجر.   -
مجموع فتاوى ابن تيمية - 25/298

Membantu orang fakir dengan memberi makanan pada bulan Ramadan, adalah termasuk sunnah dalam Islam. Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :

"Barangsiapa yang memberi makanan berbuka kepada orang puasa, maka dia akan mendapatkan pahala sepertinya (orang yang berpuasa)".

Memberikan bantuan kepada para fakir yang pandai membaca Al-Quran dengan sesuatu yang boleh membantunya dalam mendalami Al-Qur’an adalah termasuk amalan sholih setiap waktu. Barangsiapa yang memberikan bantuan sedemikian itu, maka dia bersama-sama mendapatkan pahalanya. [Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah - 25/298]

Sekadar mampu .. Wallahu a'lam

Sabtu, 25 Februari 2012

Kefahaman Dan Pengertian Tasyabbuh

بســم الله الـرحمــن الـرحـــيم
Segala puja-pujian hanya milik Allaah, Rabb sekalian alam. Salam dan Selawat ke atas Rasulullah dan keluarga serta para sahabat baginda, tabien dan seterusnya ke atas sekalian orang yang berusaha untuk mengikuti dan mempratikkan segala ajaran serta menjauhi segala larangan baginda.
Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon kepada-MU dengan menyaksikan bahawa Engkau adalah Allaah, tiada Tuhan selain Engkau Yang Maha Esa dan Yang Menjadi Tumpuan sekalian makhluk untuk memohon sebarang hajat serta Yang Tidak Melahirkan Dan Tidak Pula Dilahirkan, dan tidak ada sesiapapun yang setanding-MU.
Tasyabbuh secara umumnya adalah menyerupai atau meniru.

Untuk mendapat pengertian dan penjelasan yang lebih, sayugia kita memahami apa yang disyarahkankan buat kita berdasarkan hadis tasyabbuh oleh as Sheikh Maulawi Ali bin Sultan Muhammad al Qari di dalam kitab beliau; dengan cara terjemahan saya yang hanya sekadar mampu . Semoga kita sama-sama beroleh manfaat daripadanya, InsyaAllah.

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : " من تشبه بقوم فهو منهم "
رواه أحمد ، وأبو داود .

Rasulullah SAW bersaba : Barangsiapa yang menyerupai sesuatu kaum maka dia adalah daripada kalangan mereka.
[HR Imam Ahmad dan Abu Daud]

4347 - ( وعنه ) : أي عن ابن عمر ( قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -  .
4347 - (dan daripadanya) : yakni daripada Ibnu Umar (telah berkata dia : telah bersabdalah Rasulullah SAW) :

 ( من تشبه بقوم ) : أي من شبه نفسه بالكفار مثلا في اللباس وغيره ، أو بالفساق أو الفجار أو بأهل التصوف والصلحاء الأبرار .

"Barangsiapa yang menyerupai sesuatu kaum" ialah (bermaksud) siapa yang menyamakan dirinya dengan al kufar, contoh : dalam hal berpakaian dan selainnya, atau menyerupai akan dirinya dengan yang tidak bermoral (fasiq) atau yang berdosa / jahat (fajir), atau -menyerupai ahli Tasauf dan yang soleh al abrar.

( فهو منهم ) : أي في الإثم والخير

"Maka dia adalah daripada kalangan mereka"  : ialah (bermaksud) dalam hal samaada dosa dan kebaikan.

 قال الطيبي : هذا عام في الخلق والخلق والشعار ، ولما كان الشعار أظهر في التشبه ذكر في هذا الباب .  ) .
Telah berkata at - Tiibii : Dalam hal ini secara umumnya, adalah -menyerupai itu- pada fizikal, akhlak dan syiar (perlambangan/pakaian), bertasyabbuh pada pakaian itu lebih nyata sebagaimana disebut dalam bab ini.

قلت : بل الشعار هو المراد بالتشبه لا غير ، فإن الخلق الصوري لا يتصور فيه التشبه ، والخلق المعنوي لا يقال فيه التشبه ، بل هو التخلق ،

Aku berkata (pengarang): Bahkan pakaianlah yang dikehendaki dengan tasyabbuh (menyerupai) bukan selainnya. Kerana sesungguhnya bentuk fizikal tidak dapat digambarkan dengan tasyabbuh dan begitu juga dengan akhlak yang maknawi tidaklah disebut sebagai tasyabbuh, bahkan -kerana- ia disebut sebagai takhalluq (berakhlaq).

هذا وقد حكى حكاية غريبة ولطيفة عجيبة ، وهي أنه لما أغرق الله - سبحانه - فرعون وآله لم يغرق مسخرته الذي كان يحاكي سيدنا موسى - عليه الصلاة والسلام - في لبسه وكلامه ومقالاته ، فيضحك فرعون وقومه من حركاته وسكناته ;

Sesungguhnya inilah kisah sebuah hikayat yang pelik, halus lagi ajaib - Bahawasanya bila mana Allah menenggelamkan Firaun dan gerombolannya, tidak pula -Allah- menenggelamkan seorang tukang ejek (pelawak) Firaun, sedangkan dia berkelakuan meniru syaidunaa Musa dalam kelakunya samaada pada pakaian, perkataan dan percakapannya. Di mana gerak geri dan diamnya sekalipun akan ditertawakan oleh Firaun dan pengikutnya.

فتضرع موسى إلى ربه : يا رب ! هذا كان يؤذي أكثر من بقية آل فرعون ،

 Lantas Nabi Musa bertadharru' kepada Tuhannya "Wahai Tuhanku, lelaki ini adalah lebih menyakitiku berbanding pengikut Firaun yang lain" .

فقال الرب تعالى : ما أغرقناه ; فإنه كان لابسا مثل لباسك ، والحبيب لا يعذب من كان على صورة الحبيب ،

Maka Allah berfirman "Tiadalah Aku menenggelamkannya, maka sesungguhnya dia adalah berpakaian sepertimana pakaianmu. Dan kekasih itu tidak akan mengazab siapa yang menyerupai kekasih".

فانظر من كان متشبها بأهل الحق على قصد الباطل حصل له نجاة صورية ، وربما أدت إلى النجاة المعنوية ، فكيف بمن يتشبه بأنبيائه وأوليائه على قصد التشرف والتعظيم ، وغرض المشابهة الصورية على وجه التكريم ؟ ، وقد بسط أنواع التشبه بالمعارف في ترجمة عوارف المعارف .

Maka perhatikanlah, barangsiapa yang menyerupai ahli haq -walaupun- atas tujuan yang batil - masih menghasil baginya suatu pelepasan -azab- yang bersifat zahir dan mungkin membawa kepada pelepasan yang maknawi. Maka -bayangkanlah pula- bagaimana pula -yang terhasil- pada sesiapa yang bertasyabbuh (menyerupai / meniru) para Anbiya' dan auliya' di atas tujuan memulia dan meninggikannya - yakni bagi maksud menyerupai perwatakan yang bermaruah (terhormat) ? Selanjutnya bolehlah bertasyabbuh (meniru) ilmu pengetahuan dalam kearifan-kearifan ilmu pengetahuan.

(     رواه أحمد ، وأبو داود
[ -Syarah- HR Imam Ahmad dan Abu Daud ]

Sila rujuk :
Syarah-syarah hadis,
Mirqaatul Mafatih Syarah  Misykaat al Masyobih
Ali bin  Sultan Muhammad Al Qari   
دار الفكر
سنة النشر: 1422هـ / 2002م
رقم الطبعة: ---
عدد الأجزاء: تسعة أجزاء
رقم س- ج : 4347

Rabu, 15 Februari 2012

Hukum Mengatakan Sesuatu Cercaan Terhadap Peralatan .

Soal :
Apakah hukum seseorang yang sedang menulis mengatakan "haram jadah pen ini (keyboard atau lain-lainnya), masa nak guna nilah dia buat hal" atau lain-lain cerca yang seumpamanya ?

Jawab : Alhamdulillah, segala puji-pujian bagi Allah. Sayugialah saya mendatangkan jawaban yang termaktub di dalam kitab Al Lu'lu Al Makin berkenaan soalan seseorang.

السؤال :
رجل يكتب على ورقة ، وفي أثناء الكتابة أخطأ في بعض الكلمات فانزعج كثيراً ومن شدة غضبه سب دين وسماء القلم والورقة ، فهل يعتبر سب دين القلم أو الورقة أو الحجر أو الشجر أو الكرسي أو الكأس أو ... الخ من هذه الأشياء هل يعتبر كفراً ؟.

الجواب :
لا شك أن هذا السب حرام ، ولو قيل أن القلم والورقة لا يدينان بالدين الذي هو العبادات ، لكن معلوم أن الدين واحد ، وأن الله تعالى هو الذي سخر هذه الأقلام والأدوات ، ويسر استعمالها ، فيخاف أن السب يرجع إلى الله تعالى ، فعليه التوبة والاستغفار ، وعدم العودة إلى مثل هذا .

Soal :
Seseorang menulis di atas kertas. Dalam penulisannya dia melakukan kesalahan pada beberapa perkataan, lalu dia sangat kecewa dan menimbulkan kemarahannya, lantas dia mencerca agama pen dan kertas.

Apakah mencerca agama pen, kertas, batu, pohon, kerusi, atau gelas dan yang lainnya dianggap kufur ?

Jawab :
Tidak diragui bahawa cercaan ini adalah haram, sekalipun sekadar mengatakan bahwa pen dan kertas tidaklah beragama dengan agama yang bermakna ibadah. Akan tetapi sudah maklum bahawa agama adalah satu, dan Allah Ta'ala yang menundukkan pen dan alat-alat selainnya serta telah dipermudahkan kita untuk menggunakannya.

Justeru dikhuatiri bahawa cercaan ini akan kembali kepada Allah Ta'ala, maka sewajarnya dia bertaubat dan ber-istighfar dan serta tidak mengulangi perbuatan sedemikian.


من كتاب اللؤلؤ المكين في فتاوى ابن جبرين ص 34







Isnin, 13 Februari 2012

Hukum Berniaga Di Kawasan Larangan Dan Hasil Pendapatan .

Soalan :

Ustaz, ada orang tanya -
Apa hukumnya jika berniaga di tepi jalan sedangkan pihak bandaran telah melarang sama sekali berniaga di kawasan tersebut ? Bagaimana pula hasil dari perniagaan tersebut?

Mohd Fauzi Zakariya.

Jawaban :

Firman Allah :

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Al Mulk : 15)

Kekeliruan dalam hal ini berlaku apabila ada segolongan yang berhujah bahawa tanah yang tidak dimiliki adalah milik siapa yang mengusahakannya ...

Tanpa Prejudis - Memang secara asasnya adalah harus membina premis, bercucuk tanam atau lain-lain di atas tanah yang mati yakni tidak memiliki pemilik.
حديث سعيد بن زيد :  من أحيا أرضا ميتة فهي له ، وليس لعرق ظالم حق

Sabda Nabi SAW : Sesiapa menghidupkan tanah mati (yakni tanah yang tidak berpemilik), tanah itu miliknya. Tidak ada sebarang hak bagi orang yang membina/menanam secara zalim (di atas tanah orang lain). [HR Imam at Tirmizi]

Manakala perniagaan pula adalah suatu usaha yang amat dianjurkan Rasullah saw kepada umat baginda. Ini kerana aktiviti perniagaan menjanjikan hasil pulangan berlipat ganda kepada peniaga yang berusaha bersungguh-sungguh.

Rasulullah pernah bersabda yang bermaksud :
“9/10 rezeki itu adalah datang daripada perniagaan.” [HR Imam at Tirmizi]

Namun diingatkan berniaga di atas kawasan yang telah dimajukan, dimiliki atau dikuasai oleh orang lain atau Majlis Perbandaran dll semestinya memerlu keizinan terlebih dahulu. Larangan oleh Majlis Perbandaran adalah wajib untuk diikuti kerana garis panduan atau undang-undang kecil yang ditetapkan adalah berkait dengan usaha mencapai mashalih (kebaikan) dan menghalang berlakunya mafsadat (keburukan) sebagaimana tuntutan Islam itu sendiri. Hal berkaitan sesuatu yang kelihatan asalnya adalah harus namun boleh menyumbang kepada keburukan adalah diperbahaskan melalui kaedah saddul-zara'ie (menutup pintu-pintu keburukan); sebagai contoh :

KAWASAN LARANGAN BERNIAGA ( PENIAGA KECIL ) MAJLIS PERBANDARAN KULIM

Peruntukan Undang-Undang Kecil Perlesenan Penjaja Dan Gerai

1.Tidak dibenarkan penjaja menjalankan perniagaan dalam lingkungan 9 meter dari sesuatu simpang jalan.
2. Jarak perniagaan mestilah dalam lingkungan 36 decimeter dari pili bomba
3. Dilarang menjalankan perniagaan di atas tangga kaki lima atau siar kaki awam.
4. Tidak dibenarkan menjalankan perniagaan di dalam mana-mana tempat letak kereta atau motosikal awam.
5. Tidak dibenarkan menjalankan perniagaan di mana-mana kawasan yang difikir boleh menimbulkan masalah gangguan kepada lalu lintas dan pejalan kaki.
6. Dilarang berniaga di kawasan sekitar mana-mana Sekolah, Hospital, Pasar Awam atau Kawasan (yang dirasakan perlu?).
7. Jarak perniagaan haruslah berada dalam (di luar?) kawasan 40 meter dari Perhentian Bas,Stesen Bas dan Perhentian Teksi.
8. Tidak dibenarkan menjalankan perniagaan di semua kawasan pejabat kerajaan.
9. Dilarang menjalankan perniagaan di mana-mana jalan awam yang ditentukan oleh yang dipertua.
10. Dilarang menjalankan perniagaan di semua Jalan Protokol, Jalan Utama serta Jalan Bandaran.

Berdasarkan pengamatan jika dikaji lagi, kawasan larangan meniaga yang termaktub dalam hal ini jelas adalah suatu usaha untuk mengelakkan keburukan yang akan berlaku apabila ianya tidak dipatuhi. Maka secara kesimpulannya, seseorang peniaga dikira berdosa kerana menjalankan perniagaan di atas kawasan yang diuruskan kerajaan tempatan melalui Majlis Perbandaran tanpa kebenaran. Ini kerana ia membina bangunan (sementara, separuh kekal atau kekal) di atas tapak tersebut tanpa kebenarannya bererti telah dalam menceroboh dan merampas hak keselamatan orang lain.

Oleh itu wajib dikosongkan tempat perniagaan tersebut sebagai langkah menyokong dan membantu usaha untuk mengelakkan kemafsadatan daripada berlaku. Atau memohon keizinan serta rayuan untuk terus berniaga di situ jika peniaga terbabit memahami secara yakin bahawa tapak perniagaannya adalah tidak menyalahi apa yang digariskan sebagai KAWASAN LARANGAN BERNIAGA.

Berkenaan hasilnya perniagaanya (atau perkhidmatan) di atas tapak yang tidak dibenarkan berniaga pula adalah tetap halal menurut syara' jika dia berniaga maka pendapatan yang terhasil darinya juga halal.

Jika haram maka pastinya tidak lahirlah kata-kata kata Imam al-Khattabi dalam mesyarahkan hadis Said bin Zaid di atas, yang berbunyi ;

"Maksud hadis ini ialah seorang lelaki menanam pokok di atas tanah yang bukan tanahnya tanpa keizinan tuan tanah atau dia membina suatu binaan di atas tanah orang lain tanpa izin tuannya, maka ia diperintahkan supaya mencabutnya kecualilah jika tuan tanah meredhainya, maka dibiarkan" ['Aunul-Ma'bud, Syarah Sunan Abi Daud].

Namun hasil itu jadi haram jika ianya diperolehi dengan melakukan perkhidmatan atau penjualan barang yang haram.

Ini kerana mengikut kaedah fiqh :
الحكم بالوصيلة حكم بالمقاصد
Hukum bagi wasilah adalah hukum dari maksud

Kaedah di atas ini lahir dari kaedah fiqh :
ما حرم استعماله حرم اتخاذه
Yang haram penggunaannya, haram pula memperolehinya
[Muhamamd al-Zarqa’, Syarah Qawaid / 389]

Apapun berhati-hatilah kerana di sana adanya amaran daripada Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wassallam.

Dari Khaula Al-Ansariah Radiallahuanha ia berkata : Aku mendengar Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Bahawasanya orang yang mencampur adukkan harta Allah dengan jalan yang tidak halal, maka mereka akan mendapat seksaan api neraka pada hari kiamat kelak.
[HR Al Imam Al Bukhari]
--------------------------

Rezeki Allah ada di mana-mana saja, carilah ia dan pasti didapati. Setiap usaha itu ada ujiannya sebelum berjaya. Justeru itu biarlah kita bersikap berpada dengan yang sedikit asalkan diredhai Allah dan juga sebagai tanda hamba yang mensyukuri nikmatNya. Sesungguhnya bermula dengan sikap ini, maka Allah akan menambahkan lagi rezeki kepada kita.

Firman Allah yang bermaksud : “Jika engkau bersyukur atas nikmat-Ku, nescaya akan Aku tambah. Dan jika kamu kufur, maka sesungguhnya azab-Ku amat pedih.” (Surah Ibrahim, ayat 7)

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Sesungguhnya ahli perniagaan di akhirat nanti akan dibangkitkan sama seperti pelacur dan penipu. Kecuali ahli perniagaan yang bertakwa kepada Allah, menepati janji dan jujur. [HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban]

Maka sayugialah peniaga Muslim tidak hanya memikirkan keuntungan semata tanpa memikirkan akibatnya kepada orang lain. Sesungguhnya darjat para peniaga Muslim yang beretika dalam perniagaannya di dalam Islam adalah sangat mulia.

Daripada Abi Sahid daripada Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam, baginda telah bersabda : Peniaga yang dapat dipercayai dan beramanah, akan bersama para Nabi, orang-orang yang dapat dipercayai dan orang-orang yang mati syahid. [HR Al Imam At Tarmizi]

Dalam suatu riwayat yang lain Rasulullah SAW bersabda : Ahli perniagaan Muslim yang amanah dan jujur di hari akhirat akan berkumpul di dalam syurga bersama para syuhada (orang mati syahid). [HR Hakim dan Ibnu Majah]


Sekadar mampu. Silalah merujuk lagi ... Wallahu a'lam.

'UM